Sabtu, 18 Februari 2012

Haram menghadiri majlis sambutan hari jadi



Assalamu'alikum wr. wb.

Ustadz saya mempunyai teman yang beragama Nasrani, pekan depan dia mengadakan pesta ulang tahun yang ke-17, dia mengundang seluruh teman kelas, termasuk saya.

Apakah saya harus menghadiri pesta ulang tahun tersebut atau tidak?

Tadi saya membaca sebuah hadist, dalam hadist tersebut di jelaskan bahwa nabi Muhammad saw tidak pernah mengajarkan tentang merayakan kelahiran, karena itu sesutu yang bid'ah, dan jika saya menghadiri perayaan tersebut berarti saya mendukung sesuatu yang dilarang.

Bagaimana cara saya menolak undangan tersebut?

wassalamu'alaikum wr. wb.

Zaki Naufal
Jawaban

Wa'alaikumussalam wr. wb.

Saudara Zaki yang dimuliakan Allah SWT.

Dalil-dalil Syariyah yang berasal dari al Kitab dan as Sunnah menunjukkan bahwa perayaan hari ulang tahun termasuk perbuatan bid’ah didalam agama yang tidak ada dasarnya didalam syariat yang suci dan tidak diperbolehkan memenuhi undangannya. Firman Allah SWT:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (21)

Artinya: “Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 21)

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ (18) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (19)

Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Jatsiyah [45] : 18-19)

اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (3)

Artinya: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).” (QS. Al-A’raf [7] : 3)

Didalam sebuah hadits Shahih dari Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mengamalkan suaru perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak." (HR. Muslim di dalam shahihnya)

Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan dan setiap bid'ah adalah sesat." Dan banyak lagi hadits-hadits yang semakna dengan ini.

Selain daripada perayaan hari ulang tahun merupakan perbuatan bid’ah yang ditolak dan tidak mempunyai dasar ia juga mengandung penyerupaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam perayaan hari-hari kelahiran mereka.

Dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan peringatan terhadap berbagai kebiasaan dan tata cara mereka, ”Kalian pasti akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian hingga seandainya mereka memasuki lubang biawak pun pastilah kalian pun memasukinya.” Para sahabat bertanya, ”Apakah mereka orang-orang Yahudi dan Nasrani.” Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ”Siapa lagi kalau bukan mereka.” Seperti ini pun terdapat di dalam “ash Shahihain”

Makna “siapa lagi kalau bukan mereka.” adalah mereka (Yahudi dan Nasrani) yang dimaksudkan di dalam hadits diatas. Sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (Fatawa Islamiyah 1/151)

Jadi tidak diperbolehkan bagi anda memenuhi undangan ulang tahun teman anda karena perbuatan tersebut termasuk kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang jelas bertentangan dengan kebiasaan orang-orang Muslim.

Dan tidak ada salahnya anda menolak undangan tersebut dengn mengatakan bahwa hal ini tidak diajarkan didalam agama Islam dengan harapan menjadi peringatan baginya agar kelak tidak lagi mengundang teman-temannya yang Muslim untuk acara yang sama.

Wallahu A’lam
sumber[eramuslim.com]

Ahad, 5 Februari 2012

Saat Nabi Hampir Wafat


Terdapat sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan RasulNya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Ketika itulah, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah:

"Wahai umatku, kita semua berada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihNya. Maka taati dan bertakwalah kepadaNya. Ku wariskan dua perkara pada kalian, al-Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-samaku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah saw. yang tenang dan penuh minat menatap sahabat-sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap baginda dengan mata yang berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah saw. akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah saw. yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu.

Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah saw. masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tetapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah saw. menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

"Ketahuilah anakku, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut," kata Rasulullah saw..

Fatimah menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri Rasulullah lalu Baginda menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasulullah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.

"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khuatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Ku haramkan syurga bagi sesiapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat penghantar wahyu itu.

"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatiii?" – "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai dirinya sebagaimana Baginda mencintai kita?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Semoga kita hargai segala pengorbanan Rasulullah SAW

*sempena menyambut kadatangan maulidur rasaul kali ini..marilah kita bersama berselawat keatas junjungan besar nabi Muhammad s.a.w